“Permasalahan Lingkungan Indonesia, Muhammadiyah Ambil Sikap”

Yogyakarta–  Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Refleksi Akhir Tahun dan Pernyataan Sikap di Lantai 5 Gedung Ar Fakhruddin A Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (14/12/2017). Acara ini diadakan sebagai bentuk penyuaraan sekaligus pemberian solusi dalam upaya menyelesaikan permasalahan lingkungan Indonesia saat ini.

Dijelaskan Ketua MLH PP Muhammadiyah Muhjidin Mawardi, kondisi lingkungan Indonesia semakin berat. “Bencara silih berganti terutama dipicu dengan perubahan iklim seperti banjir yang diikuti kekeringan di bulan-bulan berikutnya. Namun, pemerintah masih menganggap  ini masalah rutin, padahal akut. Maka, kita ingin menyuarakan keprihatinan MLH dan masyarakat atas kondisi yang kita dihadapi saat ini, mengingat MLH bergerak dalam penanganan masalah lingkungan hidup,” ungkap Muhjidin.

Muhjidin mengaku, agaknya pemerintah menangani masalah ini secara sporadis. “Seperti setelah penanganan bencana alam selesai, tidak ada program keberlanjutan apabila kejadian seperti ini terjadi lagi. Padahal bencana bisa saja mengakibatkan hancurnya bangsa, dan masyarakat. Seharusnya pemerintah mengumunkan kondisi darurat bencana lingkungan, misalnya,” terang Muhjidin.

Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ar Fakhruddin mengatakan, MLH menjadi barometer baru pemerhati lingkungan. “Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Siti Maimunah, bahwa Muhammadiyah khususnya Universitas Muhammadiyah Palangkaraya terbukti mampu menjadi rujukan hutan pendidikan dari berbagai institusi ternama seperti IPB, UGM dan lainnya,” jelas Purna.

Dekan Fakultas Perhutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Siti Maimunah, mengungkapkan adalah suatu hal yang tidak mungkin Muhammadiyah punya hutan pendidikan. “Ditambah dana dari universitas adalah nol. Namun, nyatanya banyak yang menyupport kegiatan ini,” ucap Siti Maimunah saat pemaparannya.

Siti menambahkan dalam upaya pemeliharaan hutan pendidikan juga bersinggungan dengan masyarakat adat. “Maka, kami mengadakan pembinaan masyarakat adat untuk dilertarikan hutannya. Islam Rahmatan lil ‘alamin, Islam untuk semuanya,” sambungnya.

Diakhir acara Muhjidin membacakan pernyataan sikap Muhammadiyah terkait kondisi lingkungan saat ini. Pertama, Muhammadiyah menyadari bencana lingkungan yang terjadi adalah akibat perilaku dan perbuatan manusia. “Sehingga dibutuhkan revolusi moral agar terjadi perubahan sikap, perilaku dan gaya hidup masyarakat,” ujarnya.

Kedua, Muhammadiyah menyadari bahwa penyelamatan dan perlindungan lingkungan adalah kewajiban dalam rangka membangun masyarakat sejahtera. “Maka, melalui dakwah dan pendidikan lingkungan yang dijukan kepada seluruh masyarakat di tanah air, khususnya di lembaga pendidikan Muhammadiyah,” tandasnya.

Ketiga, ada beberapa penyebab dan akar masalah bencana. “Seperti tata ruang yang masih lemah dan tak inforcement, kepemilikan dan batas hak guna lahan yang tidak jelas, unit manajemen hutan yang tidak efektif dan tata pengaturan yang lemah teruatama dalam hal koordinasi inter dan antar lembaga,” ungkapnya.

Keempat, bencana lingkungan juga dapat mengancam kehidupan bangsa. “Terjadinya krisis air dan kekeringan, akibat deforestasi dan degradasi lahan dan dipicu oleh perubahan iklim,” tukasnya.

Muhjidin berharap, pemerintah harus menyusun program lebih baik lagi dan dilaksanakan dengan serius. “Karena saat ini penegakan hukum di Indonesia masih tebang pilih bahkan terkesan bermain mata” tutupnya. (GJS)

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *