Stadium General Simposium Perkaderan PC IMM AR Fakhruddin

BANTUL- Jumat 24 maret 2017 bidang kader PC IMM AR Fakhruddin Yogyakarta mengadakan simposium perkaderan yang bertemakan Integrasi Perkaderan Yang Berkelanjutan. Simposium diadakan di Gedung AR B lt.5 UMY menghadirkan Najih Prasetyo ( sekbid kader DPP IMM ) M.Shobar Jauhari ( MPK PWM DIY ) Aditya Taruna M ( Instruktur DPD IMM DIY ) dan Ari Susanto ( Ketua Umum DPD IMM DIY ). Simposium perkaderan ini diharapkan dapat meningkatkan kadar perkaderan,  seperti yang disampaikan Najih Prasetyo selaku Sekbid Kader DPP IMM mengatakan bahwa “IMM harus tetap eksis dalam kaderisasi dan perkaderan kita hari ini harus terintegrasi antar pimpinan, dari tingkat atas sampai bawah harus ada jalinan dan komunikasi yang baik antar pimpinan sehingga tercapainya satu kepemahaman konsep antar pimpinan atas sampai bawah.”

Sedangkan M.shobar Jauhari mengatakan “otonom sebagai penyempurna pergerakan muhammadiyah dan bukan yang lainnya. Pengaktualisasian sebagai kader yang benar adalah saat kita bergabung dengan organisasi kita harus melewati fase fasenya, itulah sejatinya kader.” Serta Aditya Taruna selaku instruktur DPD IMM DIY beranggapan “bahwa sistem pengkaderan ada dua tipe, yaitu personalbased dan sistembased dan juga menuturkan perlu lahir adanya sosok atau tokoh yang benar-benar identik dengan IMM karena sejauh ini belum ada.” Ari Susanto selaku ketua umum DPP IMM DIY, “tentang IMM AR Fakhruddin, sejarah dan perkembangan dimana IMM AR Fakhrhruddin menciptakan intelektual yang kritis sehingga muncullah lembaga untuk dipersiapkan untuk kader umat, bangsa, dan dikenal dengan corak keilmuannya. Walaupun baru usia 14 tahun tetapi tetap memiliki nalar dan pikiran yang kritis.”

Selain itu dijumpai juga di sela sela berakhirnya acara Azwar Kholid, Sekbid Kader PC IMM AR Fakhruddin menjelaskan secara singkat stadium general simposium perkaderan dan output setelah acara dilaksanakan dan menyampaikan sistematika perkaderan saat ini. Pertama membahas konsep perkaderan yang diusung idealnya yaitu sesuai dengan amanah bluprint PC IMM AR Fakhruddin, dan juga pengintegrasian pengkaderan yang bertanggung jawab pada tiap bidang nya, dan akan dibuat SOP agar terciptanya satu pandangan baik pola atau teknis.

Azwar Kholid menjelaskan “kondisi perkaderan saat ini memang terjadi yang namanya ketimpangan antar komisariat. Khususnya di AR Fakhruddin beberapa komisariat yang memang sudah menerapkan sistem perkaderan yang bagus. Namun, di beberapa komisariat terdapat perkaderannya cukup memprihatinkan, contohnya seperti tidak adanya keberlanjutan kepemimpinan. Nanti nya hal itu perlu dievaluasi dalam simposium dan juga harus ditemukan benang merah permasalahannya. Lalu permasalahan tersebut diselesaikan bersama-sama komisariat lain dengan instruktur sebagai pengelola perkaderan serta cabang juga korkom.

Untuk kesesuaian dengan SPI ( Standar Perkaderan Indonesia ) beberapa sudah tapi beberapa komisariat juga ada yang belum sesuai dengan SPI. Nantinya yang akan menjadi topik di siposium ini, akan diadakan simposium lanjutan tidak hanya hari ini tapi juga besok sabtu, minggu fokus diskusi perkaderan, dan akan ada rencana tindak lanjut berupa diskusi-diskusi lanjutan sehingga konsep tersebut matang dan bisa dijadikan pedoman bagi komsat-komsat yang ada di AR Fakhruddin.”

Azwar juga menjelaskan tentang perkaderan yang berlanjutan merupakan kader atau perkaderan yang tidak berhenti pada perkaderan yang sifatnya formal. Contohnya Darul Arqam Dasar tidak hanya berhenti  pada fase tersebut. Tapi ada perkaderan pendukung serta fungsional yang harus diikuti sehingga nantinya dapat disebut sebagai kader terus dengan mengikuti DAM. Setelah itu mengikuti  sebagai keberlanjutan. Hasil simposium ini juga sebagai produk jangka panjang untuk IMM AR Fakhruddin itu sendiri, tidak hanya untuk periode ini tapi juga untuk periode-periode yang akan datang.

Penjelasan selanjutnya “Harus adanya kader perkelanjutan karena dilihat realitas yang ada sistem perkaderan tiap komsat masih mengalami ketimpangan, penting memang untuk mengintegrasikan perkaderan tiap komsat nya , agar komisariat ini tidak menerapkan pola/konsep perkaderan berdasarkan budaya mereka miliki, ini kan salah, karena kita punya SPI. Serta perlunya perbaikan, pertama pengelolaan pengkaderan yang harus sesuai dengan pedoman yang ada, tidak secara sendiri-sendiri.”

Azwar berharap setelah diadakannya simposium ini setiap komisariat perkaderannya tidak lagi mengalami ketimpangan , tidak ada kecemburuan di tiap komisariat, dan yang terpenting adalah pengelolaan dan pemberdayaannya. Fokus utama dalam simposium lanjutan terkait pemberdayaan pengelolaan yang baik,  yang sesuai dengan pedoman yang ada.

Adapun pesan yang dia tuturkan bahwa “untuk kader tahun pertama, tingkatkan lagi ideologi nya, untuk tahunke dua tingkatkan lagi kapasitas keilmuaanya apapun keilmuannya silahkan dikembangkan dan tingkatkan spesialisasi yang kalian punya.” (aftn,nvh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *